https://jayapura.times.co.id/
Pendidikan

Sulap Limbah Jadi Energi Biokakas, Dua Siswi MTsN 6 Malang Sabet Medali Emas OMI 2025

Minggu, 16 November 2025 - 20:12
Sulap Limbah Jadi Energi Biokakas, Dua Siswi MTsN 6 Malang Sabet Medali Emas OMI 2025 Siti Azzahra Santika dan Adeecha Cinta Islamiah, pelajar MTsN 6 Malang penemu bahan bakar alternatif biokakas dari bahan limbah, usai meraih medali emas ajang OMI 2025 Kemenag (FOTO: MTsN 6 for TIMES Indonesia)

TIMES JAYAPURA, MALANG – Pemanfaatan bahan tak berguna atau limbah telah mengantarkan dua siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Malang (MTsN 6 Malang) meraih prestasi membanggakan medali emas, pada Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025. 

Adalah limbah malam dari bekas membatik dan baglog jamur, yang mampu disulap Siti Azzahra Santika dan Adeecha Cinta Islamiah, menjadi bahan bakar alternatif: Biokakas. 

Medali emas dari Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 bidang riset yang dibawa pulang Siti Azzahra dan Adeecha ini digelar Kementerian Agama di Grand El Hajj, Kota Tangerang pada 10–14 November 2025.

"Ya tidak menyangka, riset yang berawal dari rasa penasaran kami ini hasilnya bisa sejauh ini,” ujar Adeecha dengan raut penuh bangga, Sabtu (15/11/2025).

medali-emas-OMI-2025-bersama-Kepala-MTsN-6-Malang.jpgSiswi peaih medali emas OMI 2025 bersama Kepala MTsN 6 Malang H. Pono dan guru pembina. (FOTO: IST/TIMES Indonesia) 

Hasil Riset: Biokakas Murah dan Ramah Emisi

Hasil riset sederhana berupa energi alternatif biokakas itu membuktikan, inovasi tak harus lahir dari laboratorium besar atau peralatan serba canggih. Karena, dengan memanfaatkan bahan yang selama ini dibiarkan tak berguna, justru menghasilkan karya inovatif luar biasa. 

Dua remaja itu datang bukan hanya membawa ide, tetapi membawa solusi nyata. Keduanya mencatat, Indonesia mencatat produksi limbah malam batik hingga 17.000 ton per tahun. Sementara, limbah baglog jamur di Kabupaten Malang saja mencapai 10.000 ton. 

"Limbah yang menggunung itu selama ini kerap berakhir hanya sebagai sampah," kata Adeecha soal latar belakang melirik limbah baglog jamur. 

Di sisi lain, banyak industri kecil penghasil tahu masih bergantung pada kayu bakar dan elpiji, yang harganya makin mencekik.  Dari situlah ide sederhana, namun visioner muncul melalui riset: “Bagaimana kalau limbah-limbah ini disulap jadi bahan bakar alternatif?”

Bertolak dari pertanyaan itu, lahirlah biokokas, briket padat yang mereka produksi, dengan mencampurkan malam batik dan baglog jamur. Bahan yang sudah dikeringkan itu kemudian mereka pres hingga tekanan mencapai 24,4 MPa. 

Hasilnya bukan sekadar briket biasa. Produk mereka diuji di berbagai laboratorium kampus ternama, mulai Polinema, Universitas Brawijaya, hingga UMM. Setiap aspek diperiksa dalam uji lah ini: nilai kalor, kadar air, kadar abu, kekuatan tekan, struktur mikro, hingga emisi gas buang.

Hasilnya membuat para juri OMI angkat topi. Varian terbaik biokokas mereka memiliki nilai kalor hingga 24,65 MJ/kg, dengan kandungan emisi sangat rendah.

"(Hasil) paling mengejutkan, harga produksinya hanya Rp1.200 per kilogram. Jauh lebih murah dibanding LPG maupun kayu bakar yang selama ini membebani UMKM tahu. Bahkan pada varian pirolisis, biokokas bisa menyala hanya dalam 7 detik, jauh lebih cepat dari bahan bakar padat pada umumnya," jelas Adeecha. 

Kompor Biokakas, Untungkan Industri Kecil

Riset kedua siswi MTsN 6 Malang ini tidak hanya berhenti di laboratorium. Mereka lalu mengembangkan kompor khusus biokokas, melakukan uji coba penggorengan tahu di industri tahu lokal, lalu turun langsung ke masyarakat. 

Tak hanya itu, Di Desa Sukorahajo Kepanjen, Kabupaten Malang, keduanya pernah melakukan sosialisasi pembuatan biokokas, dihadiri perangkat desa, pelaku UMKM, dan sejumlah warga sekitar. Mereka juga membuat booklet digital lengkap, untuk memudahkan warga meniru prosesnya. 

Dari angket yang dibagikan setelah uji coba, warga mengaku makin sadar bahwa limbah pun bisa menjadi sumber energi baru yang ramah lingkungan. Produk biokokas mereka pun kini telah mendapat hak cipta.

Kepala MTsN 6 Malang, H. Pono mengatakan, keberhasilan ini menjadi bukti bahwa siswa madrasah mampu bersaing dan berinovasi di bidang sains terapan.  Menurutnya, para juri OMI 2025 pun sepakat bahwa penelitian ini unggul karena tidak hanya kuat secara ilmiah, melainkan juga langsung menjawab persoalan nyata di masyarakat.

Dengan medali emas ditangan dari inovasi yang telah diakui, Siti dan Adeechac menjadi bukti nyata bahwa anak muda Indonesia mampu menjawab tantangan energi masa depan. 

"Dari ruang kelas madrasah di Malang, lahir harapan baru untuk UMKM Indonesia. Yakni, bahan bakar murah, bersih, dan lahir dari limbah yang selama ini terbuang percuma," kata Pono. (*)

Pewarta : Khoirul Amin
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jayapura just now

Welcome to TIMES Jayapura

TIMES Jayapura is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.